Yogyakarta, J24 - Awal tahun 2024 dibuka dengan musibah banjir yang terjadi di sejumlah wilayah di Provinsi Jambi. Banjir terparah terjadi di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungaipenuh Provinsi Jambi yang merendam ribuan rumah dan membuat ribuan warga mengungsi.
Hingga Jumat pagi (5/1/2023), sejumlah wilayah di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungaipenuh masih digenangi air. Banjir yang terjadi sejak beberapa hari lalu itu salah satunya disebabkan meluapnya air Sungai Batang Merao akibat tingginya intensitas hujan.
Parahnya banjir yang melanda Kabupaten Kerinci dan Kota Sungaipenuh tersebut menjadi perhatian dosen Universitas Gajah Mada(UGM) Yogyakarta Dr Eng Ir Akmaluddin, ST, MT, IPM. Menurut dosen dari Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM itu, banjir terjadi akibat luapan Sungai Batang Merao yang tidak mampu menampung tingginya debit air.
Selain itu, pendangkalan sungai akibat endapan sedimen juga menjadi musabab utama banjir, ditambah aktivitas eksplotitatif dan kerusakan hutan di wilayah hulu. "Kita bisa melihat, air banjir yang meluap tersebut membawa material erosi dari wilayah hulu," ungkapnya.
"Dalam topografinya lembah Kerinci mempunyai kemiringan dan terjal dengan bebatuan vulkanik, sehingga gawir-gawir di sepanjang Kerinci potensial terjadi longsor," kata Akmaluddin menjelaskan.
Bukan hanya galian C atau penambangan pasir yang sudah over di hulu Sungai Batang Merao, lanjutnya lagi, deforestasi dan alif fungsi di kanan-kiri badan sungai turut memperparah banjir. Ini menjadi ancaman sepanjang tahun musim penghujan.
"Sangat terlihat jelas airnya coklat dan berlumpur. Ini akibat di wilayah hulunya sungai sudah sangat rusak parah," sebutnya. Dikatakannya lagi, perlu dicermati bahwa semua sungai di sepanjang lembah Kerinci bermuara di Sungai Batang Merao.
Sungai Batang Merao yang membelah Kabupaten Kerinci mulai dari hulu di Siulak dan Kayu Aro sampai ke hilir di Danau Kerinci, saat ini, kata dia, sudah keruh dan terjadi sedimintasi dan pendangkalan akut.
Adakah kemungkinan disebabkan oleh pekerjaan Bendungan PLTA? ini perlu dikaji lagi seberapa besar debit air terhambat akibat pekerjaan bendungan ini. Perlu disadari Danau Kerinci yang merupakan hilir dari Batang Merao, pintu keluarnya hanya dua," terangnya.
"Pada tahun 2018 sudah sempat saya tulis dan ingatkan, dan memang perlu diingatkan tiap tahun agar menjaga keseimbangan alam di Sakti Alam Kerinci, terganggu sedikit, maka dampaknya vatal," tutupnya.(Berbagai Sumber, J24/Red/FS).
0 Komentar